23 October 2016

Hualooooo Walkers! Alhamdulillah wa syukurillah, kali ini aku berkesempatan untuk mendaki lagi. Ini adalah pengalaman pertamaku mendaki lintas propinsi, YEY!! Pendakian yang aku idam-idamkan sebelumnya. Soalnya setiap aku mendaki dan bertemu dgn pendaki luar kota, khususnya luar propinsi, aku selalu membayangkan, hmm mereka persiapannya pasti mateng banget, persiapan budget, bahan makanan, harus cari angkutan, rela berjalan demi menghemat uang, dan lain sebagainya, hihii.

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Merbabu sendiri berasal dari kata “maharu = meru” (gunung) dan “abu” (abu) yang berarti gunung yang berwarna abu-abu karena pada saat meletus seluruh permukaan tanahnya tertutup oleh material abu vulkanik dan berwarna abu-abu. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah.

Bener banget Walkers, Gunung Merbabu adalah gunung yg aku singgahi kali ini. Kami memutuskan mendaki Gunung Merbabu via Kopeng jalur Cuntel. Bersama Abang dan ketiga teman lainnya, Kemprot, Doni, dan Hanes, persiapan pendakian kali ini juga tak sembarang karena ini pendakian pertama kami diluar propinsi. Jadi kalian jangan kaget kalau cerita di blog ini akan panjang dan terbagi menjadi beberapa bagian (part).

Pemberangkatan kali ini terbagi menjadi 3 titik. Aku, Kemprot, dan Doni berangkat dari Malang ke Surabaya. Abang udah nunggu di Surabaya, dan Hanes berangkat dari Kediri. Kami berangkat hari Minggu malam dari Malang, tau sendiri kan hari Minggu malam arah Surabaya pasti macet dan kami menghabiskan waktu 3 jam perjalanan Malang-Surabaya. Setelah bertemu Abang, sekitar jam 1 dini hari langsung kami cuz naik bis jurusan Solo, bis Sugeng Rahayu. Sedangkan Hanes menunggu di terminal Kertosono. Meski aku gak pernah mabuk darat, gak lupa aku minum antimo (obat mencegah mual/muntah) untuk berjaga-jaga. Bismillah, aku tak lupa berdoa, tau sendiri bis jurusan itu gimana ngebutnya. Daaaannn, syok terapi pun dimulai, Ya Rabbi, itu bis nya ngebuuuut pake banget lah pokoknya. Bikin dag dig dug lah untung saja beberapa saat kemudian aku tertidur.

Tanggal 17 Oktober 2016
Sekitar jam 06.30 pagi, kami sampai di Terminal Tirtonadi, setelah cuci muka, kami langsung mencari bis jurusan Boyolali dan turun di Pasar Sapi. Baru saja turun dari bis sudah banyak yg menawarkan carteran mobil untuk ke basecamp. Oia, kalian jangan lupa untuk mengisi perut di Pasar Sapi ini, didepan tempat ‘ngetem’ bison nanti ada satu warung makan. Pilihannya lengkap kok, mayoritas masakannya pedes terus mbak yg jual juga sinam sam (baca: manis mas), aku jamin pendaki lelaki pasti betah deh makan disini. Untuk kalian yg masih pingin beli cemilan disamping warung ada Indomart.

Setelah sudah lengkap, kami berangkat dari Pasar Sapi jam 08.12 WIB menuju basecamp Cuntel. Sesampainya disana kami disambut dgn ramah. Masuklah kami di basecamp, kami mandi dan bongkar muatan agar sama rata, seperti membagi Konserven / Ransum TNI seberat 1,7kg misalnya. Airnyaaaa, bikiiiiin bbbrrrrr… 

Untuk biaya perjalanan kalian baca disini ya.. SHARECOST PENDAKIAN MERBABU.

BASECAMP CUNTEL
Kami membeli tiket masuk dan disini penjaga/ranger akan memberikan peta jalur Cuntel menjelaskan titik-titik sumber air dan selalu mengingatkan MENGUTAMAKAN KESELAMATAN dan KEKOMPAKAN TIM. Jam 11.00 siang, Bismillah, Al-Fathihah, kami memulai pendakian. Jalan pertama jalan semen cor yg sedikit demi sedikit mulai menanjak, setelah kurang lebih 15 menit berjalan, baru lah tanah yg kami pijak dan langsung dihantam nanjak. Kami pikir ‘oh mungkin habis ini ada bonus’ eeehh, tapi emang luangsung nanjak Walkers. Kata ‘bonus’ adalah kata yg kami gunakan untuk menyebut jalan yg landai.

POS BAYANGAN 1
Sampai di pos ini kami sayup-sayup mendengar adzan Dhuhur. Pos nya bagus, bangunan ber-porselen gitu, jadi adem. Adzan selesai berkumandang kami melanjutkan perjalanan yg semakin menanjak.

POS BAYANGAN 2
Jam 12.36 WIB kami sampai disini. Pos ini berbentuk bangunan kayu beda dari pos bayangan 1, kami melepas lelah, nyemil jajanan yg kami bawa. Naah, lucunya, mulai dari perbatasan jalan semen dan jalan tanah tadi, kami di ikuti hewan sejenis tawon, anehnya mereka ini mengerubuti daerah pantat, wkwk.

POS 1 : WATU PUTUT
Jam 13.20 WIB. Aku sedikit bingung, lah pos bayangan 1 & 2 ada bangunannya, di pos 1 ini cuma ada plang tulisan aja.

POS 2 : KEDOKAN
Jam 14.25 WIB. Di pos ini kami beristirahat lumayan lama sembari menunaikan sholat dhuhur. Tempatnya teduh, banyak akar pohon yg merajut hingga dapat digunakan untuk tempat duduk.

POS 3 : KERGO PASAR
Jam 15.55 WIB. Pos ini merupakan tanah lapang dengan rumput hijaunya, ini yg menjadikan pos 3 ini sebagai camp ground. Kami langsung bergelimpangan mencari tempat bersandar. Pas disini mulai berkabut, namun hanya sesaat hingga Tuhan membuka sedikit langit biruNya untuk menyampaikan kepada kami bahwa alam Indonesia itu indah. Kami bisa melihat gagahnya gunung lain seperti Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, lalu si gunung kembar Gunung Sindoro Sumbing dan paling jauh terlihat Gunung Lawu. Langit biru dgn awan putihnya membuatku tak sanggup terlelap. Abang, Hanes dan Doni terlelap karena lelah hingga gerimis membangunkan mereka. Dari pos 3, kami dapat melihat jalan menuju pos 4 yg berliku dan menanjak. Perut yg lapar ditambah gerimis hampir mematahkan semangat kami untuk melanjutkan perjalanan.

POS 4 : PEMANCAR
Dinamakan Pos Pemancar karena memang memiliki pemancar yg sudah tidak berfungsi. Pernah denger bahwa ini adalah pemancar yg didirikan oleh TNI. Perjalanan menuju pos 4 ini benar-benar menguras tenaga. Jalan yg menanjak ditambah hari mulai gelap membuat kami berhenti ditengah jalan untuk memakai headlamp dan berkumpul mengisyaratkan agar kami berjalan berdampingan dan tidak berjarak jauh satu sama lain. Aah, disini sempat berseteru sama Abang. Kelemahanku dimana perut sudah disko, emosi kurang terkontrol. Kalo ditanya Abang, pasti jawabku ketus, sembari jalan perlahan meninggalkannya.

Matahari perlahan singgah diperaduannya, membawa petang dilangit malam. Hawa dingin mulai merayapi tubuh lelahku. Jeduk! Lututku membentur tanah lembab ini, di satu titik aku terpeleset karena jalan yg nanjak dan aku kurang konsetrasi. Hmm, semakin membuatku bergegas sampai di pos 4. Aku menguatkan diri, berbicara dalam diri untuk terus berjalan karena pos 4 sedikit lagi.

Jam 18.10 WIB. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di pos ini. Segeralah kami bongkar muatan dan mendirikan 2 tenda kami yg saling berhadapan lalu ditutup flysheet jaga-jaga kalau hujan. Dilanjutkan dengan masak nasi, mengeluarkan ransum, dan membuat susu, kami membagi tugas. Tentu saja tugas menata isi tenda adalah tugasku. Di pos ini, kami disuguhkan pemandangan Moon Rise, melihat secara perlahan bulan memberikan sinarnya. Alhamdulillah, Padang Mbulan. Terlihat juga lampu kota berjajar rapi menambah keindahan malam itu.

Ditengah jam saat memasak nasi, petaka dimulai! Kompor satu-satunya bermasalah. Sebenarnya ada satu lagi teman Abang, Gepeng namanya (yg dulu ikut pendakian Semeru) yg ikut join. Dia ini bertugas membawa kompor kerennya dia, namun ditengah perjalanan hampir masuk Boyolali, Gepeng ditelpon keluarga bahwa ada saudara yg meninggal, dia pun segera menghubungi kami yg saat itu berada di bis arah Boyolali dan segera berbalik arah. Di basecamp Cuntel pun kami sudah bertanya apa ada tempat yg menyediakan kompor, biar kami beli, namun nihil. Bau plastik terbakar menyeruak bersama harumnya nasi kami. Lalu kompor seperti meleduk tapi dalam skala kecil kecil seperti gas bocor. Segala upaya kami kerahkan untuk menyelamatkan nasi kami yg baru ¾ matang. Hanes membuat bakaran dari kayu, tapi juga tidak berhasil sepenuhnya. Sebagian besar kayu dalam kondisi basah. Doni dan Kemprot utak atik kompor agar bisa digunakan kembali, tapi apa daya, sudah tak bisa digunakan.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.20 WIB. Kami langsung saja makan apapun yg tersedia. Ya! Dgn nasi yg masih berasa ada beras-berasnya kami berkumpul memakan sebagian nasi kami, sebagian sisanya untuk besok pagi. Kami tertolong dgn membawa ransum sebagai lauk kami jadi tak perlu repot masak lauk. Selesai makan kami berunding dan memutuskan ‘besok setelah sarapan kami akan langsung cuz summit dan berharap bertemu dgn pendaki lain untuk meminjam kompor. Apabila tidak menemukan pinjaman kompor, maka besok juga setelah summit kami akan langsung turun via Selo.’ Hal ini sempat membuatku bertanya dalam diri ‘Apa sanggup langsung turun? Ah, sudahlah, besok ya besok’. Setelah itu kami terlelap, Hanes dan Kemprot di tenda Nature Hike isi 2, Doni, Abang, dan aku di tenda Consina isi 4.

Bersambung ke PART 2 baca disini
.

0 comments:

Post a Comment

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers